Kaca itu terlihat indah
Nikmat di pandang
dan lebih nikmat
saat jemari bersentuhan dengannya
Namun di balik helaian kaca
terdapat kain membuat mata bertanya-tanya
Apa yg ditutupinya?
Mata tak berkedip
Mencari tau yg tertutuipi itu
Dan menjadikan mata terpaku tajam
ketika mengetahuinya
Ada sesuatu yg dikagumi
bukan disakiti
Ada sesuatu yg dibelai
bukan terlukai
Ada sesuatu kenikmatan
bukan rintihan dan kesakitan
Ada sesuatu yg dimiki selamanya
Bukan dimiliki tiap watunya
Ombak pasang melumat bibir pantai
dan desaahan nafasku memburu
saat jemari kaki tercumbuhi oleh pasir2nya
Ku berjalan
dan tersentak saat lumatan itu menyentuh kakiku
nikmat dan begitu terasa kesegarannya.
"Mungkin ini adl cinta pertamamu.", celetuknya memecahkan heningku.
Hatiku tersentak dan otakku seakan diguyur banjir kebingungan. "Eeemm... Aku tidak tau. Tapii.....", jawabku dg membiarkan bola mataku tetap mencari kata2 yg mungkin tersembunyi di balik ruang.
Mataku terus mencari karena ku ingin mengakhiri kalimatku. Tak ada yang bisa kutemukan, seakan mereka tak mau menampakkan diri padaku. Dengan hembusan nafas ku akhiri kalimatku, "....... enggak tau!".
Lesung pipinya membuatku bingung dan malu. Mungkin sewarna dg kepiting rebus jika ku hidup di dunia kartun. Wajahnya berubah begitu saja saat ia membuka mata dalam kedipnya.
"Tidak selalu cinta pertamamu adl pacar pertamamu, bisa saja cinta pertamamu adalah pacar kesekianmu.". Ucapnya seperti angin segar dalam pikiranku.
Air yg tadinya membanjiri pikiraku seakan surut begitu saja. Ku tak bise berkata apa-apa, speach less dibuatnya. Namun secara spontan aku pun berkata, "Aku tidak tau bagaimana cinta. Tapi yang ku tau rasa ini sangat berbeda dg rasa2ku yg dulu. Rasa yang begitu sederhana, namun lebih dari istimewa. Kenyamanan dan perlindunganlah yg utama. Di balik itu aan yg lebih terasa, yakni bentuk rasa ini seakan begitu sangat lembut, mas... Itu yg ku rasakan saat bersamamu.".
Sejenak bertemu
sejenak berpisah
sejenak tak mengenal
sejenak seperti keluarga
sejenak menjauh
sejenak berdekatan
Sejenak menjadi menit
merangkak menjadi jam
berjalan menjadi hari
dan berlari menuju minggu
hingga menua menjadi tahun, windu, dan abad
Sejenak adalah awal karena sejenak terus tumbuh
Dan sejenak akan berkembang selamanya dalam hati.
Melaluinya aku lebih mengenal diriku
Keanggunan dan ketenangan kembali ke nafasku
Melaluinya aku lebih mengenal hidup
Bersahabat dg masa lalu dan tak kembali meredup
Melaluinya aku lebih mengenal arah
Karena semua adalah Lillahi Ta'aalah.
Dan melalui dirinnyalah
ku ingin dipinang dg basmalah
Bukan rasa memiliki
namun rasa hormat
Bukan perlindungan
namun kehangatan
Bukan kesakitan
namun ketenangan
Begitu indah
Seperti maknanya
Begitu bermakna
Seperti rasanya
Begitu berasa
Seperti namanya.
Nama yg begitu sederhanya
Namun begitu istimewa
Tanpa dilebih-kurangkan
Hanya CINTA
Dan tetap CINTA
Mata pun bertanya tentang mereka
yang terindah dalam gambaran
Yang tertutupi oleh tipuan senyuman
dan tenggelam dalam lamunan
Terbungkus oleh setitik kegelapan
dalam keindahan pikiran
Mereka-mereka begelombol
Membawa simbol namun pistol
Mereka-mereka mendekat
Memberikan umpan namun tak mengikat
Mereka-mereka menjauh
Melihat waktu dan terus tertunggu
Dan mereka-mereka adalah sama
Pengisi hati yang terlena
yang menanam biji berharap jadi buah
Tanpa pupuk, akankah berbuah?
Mataku tertutup
Terdengar desahan angin terlintas di telingah
Dan pandanganku
Menyisir setiap gambar yg terbias oleh mata
Mata pun meluncurkan anak pananhnya
dan tertancap pada mereka yg di sana
Dan menusuk tajam pada lekuk yg bergerak
Mata pun menanyakan tentang mereka
yang menyatukan ucapan tanpa kata-kata
Hanya sentuhan dan tatapan
tanpa melihat senyum2 ceria
di atas jungkat-jungkit yg begitu abstral melihat mereka
Ia duduk
Meraba hangatnya cahaya
Dan sejuknya kegelapan
Disandarkanlah badannya
Dan ku lihat ada perjuangan yg besar
Berjalan dari parkiran
Keletihan tergambar nyata dlm wajahnya
Ketakutan tergantung dlm ucapannya
Dan kenyamanan terlihat dr sandarannya