Style dapat didefinisikan sebagai
perbedaan varian atau bentuk – bentuk bahasa yang digunakan bagi maksud yang
sama berdasarkan situasi tertentu. Variasi bahasa di sebabkan oleh adanya
kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok yang sangat
beragam dan dikarenakan oleh para penuturannya yang tidak bersifat homogen.
Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan
pemakaian (register).
Contoh: Saat berbicara dengan teman
sebaya dalam kehidupan sehari – hari, gaya bicara yang digunakan lebih santai
dan cenderung tidak formal, misalnya: “Hey… soal ini gimana caranya?”
Tetapi jika berbicara kepada dosen, gaya
bicara yang digunakan pasti lebih formal dan teratur, misalnya: “Maaf Pak,
bagaimanakah cara menyelesaikan soal ini?”
1.
Listener
menentukan style (Addressee as an influence on Style)
Siapa penerima pesan, listener atau
orang yang kita ajak berbicara. Biasanya dilihat dari keakraban pada listener,
latar belakang, intensitas bertemu speaker kepada listener yang menentukan gaya
atau variasi bahasa yang kita gunakan. Jika sudah akrab atau mengenali lebih
dekat, maka gaya bahasa yang digunakan cenderung lebih santai. Sebaliknya, saat
kita berbicara kepada orang yang belum terlalu dikenal, maka gaya bahasa yang kita
pakai akan lebih teratur.
Contoh: Bahasa
yang dipakai saat berbicara dengan kakak dirumah, misalnya: “Kak, handphone adik dimana?”
Bahasa yang dipakai saat berbicara
dengan orang lain: “Maaf bu, syarat menjadi anggota perpustakaan apa saja kalau
boleh saya tau?”
Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi
bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya,
Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
a)
Umur dari
penerima pesan / listener (Age of Addressee)
Gaya bahasa yang kita gunakan saat
berbicara kepada anak kecil dan orang dewasa pastilah berbeda. Saat berbicara
kepada anak kecil, gaya bahasa dan susunan gramatikal yang dipakai cenderung
lebih mudah dipahami, susunan grammatikal yang dipakai pun lebih sederhana.
Sebaliknya, saat berbicara kepada orang dewasa, maka kalimat dan susunan
gramatikal yang dipakai akan lebih kompleks.
Contoh: Bahasa yang dipakai saat
menghadapi anak berumur 5 tahun: “Adik maem dulu ya….”
Bahasa yang dipakai pada orang dewasa:
“Ayah, setelah makan jangan lupa obatnya diminum…”
b)
Status Sosial
dari listener (Social Background of Addressee)
Variasi bahasa yang berkenaan dengan
status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini
menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan,
jenis kelamin, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan
lain scbagainya. Misalnya, gaya bahasa yang kita pakai kepada orang yang biasa
berada di jalanan, berbeda dengan cara kita berbicara dengan orang yang
memiliki pendidikan tinggi.
2.
Teori Akomodasi
(Accommodation Theory)
Merupakan teori tentang cara-cara untuk
menyesuaikan saat berkomunikasi antara speaker dan listener. Adapun efek, cara
dan masalah dalam melakukan komunikasi, diantaranya.
a)
Speech Convergence
Contoh sebelumnya menunjukkan bahwa
ketika orang berbicara satu sama lain pembicaraan mereka sering menjadi lebih
serupa. Dalam kata lain, saat berkomunikasi, setiap orang menyatu dengan
pembicaraan dari orang yang mereka ajak bicara. Proses ini disebut speech accommodation.
Yang dimaksud dengan speech convergence adalah efek yang
ditimbulkan dimana saat melakukan pembicaraan, listener dapat menangkap pesan
yang disampaikan oleh speaker. Dengan kata lain, speech convergence adalah kata lain dari komunikasi yang nyambung,
tidak missed communication. Untuk
mendapatkan speech convergence,
antara speaker dan listener harus memiliki shared
knowledge yang sama.
Contoh: Saat P1 (speaker) berbicara
kepada P2 (listener) tentang “Megamind”. Jika P1 atau P2 saja yang memiliki
konsep tentang Megamind, maka saat melakukan permbicaraan tentang Megamind,
tidak akan bisa convergence.
b)
Speakers Accommodate
Cara speaker untuk menyesuaikan antara
bahasanya dengan kemampuan dengan siapa listenernya. Sehingga pesan atau makna
yang dimaksudkan dapat diterima oleh listenernya dan tidak terjadi missed
communication dalam pembicaraan. Jadi speaker harus pandai menyesuaikan diri
saat berkomunikasi dengan listenernya.
Misalnya saja di negara – negara yang
multilingual, seperti Singapore, India atau Zaire, dengan variasi bahasa yang
dimiliknya, orang disana memilih suatu bahasa yang nyaman untuk dipakai saat
berkomunikasi dengan addressee nya.
c)
Speech Divergence
Merupakan efek yang ditimbulkan dimana
saat melakukan percakapan, listener tidak bisa menangkap arti, makna atau pesan
dari speaker. Sehingga tidak terjadi komunikasi yang convergence dalam
percakapan tersebut dan menimbulkan missed communication.
Contoh: Ketika speaker membicarakan
tentang “Joger”, listener sama sekali tidak mengetahui apa itu jogger, dengan
keadaan demikian maka komunikasi mereka divergence.
d)
Accommodation Problems
Ada beberapa contoh masalah dalam
berkomunikasi, diantaranya missed communication. Keadaan dimana pesan dari
speaker tidak dapat ditangkap oleh listenernya karena tidak memiliki shared
knowledge dan konsep yang sama.
Jika kasus komunikasi yang tidak
nyambung terjadi dalam text atau percakapan lisan, maka listener dapat bertanya
kepada speaker, bagaimana isi pesan yang di sampaikan tersebut. Tetapi jika
kasus komunikasi yang tidak nyambung terjadi dalam text tertulis (contohnya
saat kita membaca buku), maka untuk menemukan isi pesan yang dimaksud oleh
writer adalah dengan cara mencari shared knowledge (dengan mencari di internet
atau membaca buku).
B.
CONTEX
Context adalah konsep, struktur skematis yang ada di dalam
benak masing-masing pikiran manusia. Context
bisa juga bersumber dari kejadian sebelumnya dan dibentuk secara phsychological
tiap individu. (H.G. Widdowson : 19)
Contoh: Saat speaker berbicara tentang “Touring”,
dan listener-nya juga menanggapi pembicaraan
tersebut dan proses komunikasi mereka berkelanjutan. Keadaan seperti itu
berarti antara speaker dan listener
sama-sama memiliki context tentang “Touring”, sehingga tidak terjadi missed communication.
1.
Context,
Style and Class
a)
Formal Context and Social Roles
Bentuk ucapan atau panggilan seseorang
dalam percakapan yang disesuaikan dengan social roles atau setting tempatnya
Contoh: Budi memiliki ibu yang
berprofesi sebagai dosen di Universitasnya. Saat berada di rumah, Budi
memanggilnya dengan sebutan “mama”, tetapi saat di kampus, Budi memanggilnya
dengan sebutan “ibu dosen”. Dengan demikian, Budi menyesuaikan bahasa sesuai
dengan tempat atau social roles nya.
b)
Colloquial Style or The Vernacular
Merupakan gaya bahasa yang dipakai
sehari-hari atau bahasa daerah (logat). Ada strategi selain manipulasi topik
yang telah digunakan untuk menangkap gaya pidato paling santai atau bahasa
daerah rakyat. Perekaman kelompok orang bukan individu, misalnya, dan memilih
pengaturan yang sangat nyaman atau informal merupakan strategi yang telah
ditemukan untuk pergeseran pidato masyarakat terhadap bahasa daerah. Kedua
meningkatkan jumlah peserta, dan memilih pengaturan yang sangat santai
memberikan kontribusi untuk mendapatkan pidato lebih santai. Dengan demikian,
peserta pidato akan lebih tertarik dan tersampaikannya pesan atau makna yang
berguna bagi masyarakat (peserta pidato).
c)
The Interaction of Social Class and Style
Interaksi antara kelas sosial dengan
gaya bahasa yang digunakan seseorang saat berkomunikasi ialah semakin tinggi
kelas sosial seseorang, maka semakin tertata rapi struktur bahasa yang
digunakan nya. Semakin rendah kelas sosial seseorang, maka semakin tidak
tertata rapi struktur bahasa yang digunakan nya, mungkin cenderung lebih kasar.
Misalnya saja bahasa yang dipakai dalam
kehidupan sehari-hari oleh dosen, pasti berbeda dengan orang yang berprofesi
sebagai pedagang kaki lima di jalan. Dosen lebih menggunakan bahasa yang formal
daripada pedagang kaki lima.
d)
Hypercorrection
Merupakan upaya untuk membenarkan suatu
bahasa dalam kalimat atau frasa, tetapi justru mengarah ke hasil yang salah. Hypercorrection disebut juga sebagai
penggunaan beberapa aturan pengucapan atau aturan grammar yang banyak pengguna
bahasa menganggap tidak benar, tetapi bahwa menggunakan pembicara atau penulis
melalui kesalahpahaman aturan ini, sering dikombinasikan dengan keinginan untuk
tampak formal atau berpendidikan.
Hypercorrection Linguistik terjadi
ketika aturan gramatikal atau phonetical nyata atau dibayangkan diterapkan
dalam konteks keliru atau non-standar, sehingga upaya untuk menjadi
"benar" mengarah ke hasil yang salah: Berhadapan dengan pengecualian
cukup untuk aturan, pembicara mungkin kesalahan pengecualian untuk aturan umum,
menerapkannya pada situasi di mana tidak pernah dimaksudkan untuk terjadi.
Contoh: Between you and I à
seharusnya Between you and me.
2.
Style in Non – Western Societies
Gaya bahasa Non – Western societies, sebagai contoh misalnya bahasa Jawa.
Penggunaan bahasa Jawa, dapat dilihat dari speakernya. Jika speaker nya
memiliki status sosial yang tinggi, maka bahasa Jawa yang dipakai cenderung
lebih halus, atau biasa disebut dengan “Krama Inggil”. Sebaliknya jika speaker
nya memiliki kelas sosial yang rendah, maka bahasa Jawa yang digunakan nya pun
cenderung lebih kasar atau biasa disebut bahasa “Ngoko”.
Contoh: Bahasa Jawa (Gaya kelas tinggi /
Krama Inggil) àMenapa nandalem mundhut sekul semanten?
(Gaya kelas bawah / Ngoko) à
Kenopo kowe njupuk sega semono?
C.
REGISTER
Merupakan variasi bahasa berdasarkan
‘use’-nya. Register adalah bahasa yang digunakan pada saat tertentu; dan
dietntukan oleh: apa yang anda kerjakan, dengan siapa dan dengan menggunakan
sarana apa. Register menunjukkan tipe proses sosial yang sedang terjadi.
Register secara sederhana dapat
dikatakan sebagai variasi bahasa berdasarkan penggunaannya, sedangkan dialek
sebagai variasi bahasa berdasarkan penggunanya Di dalam konsep ini register
tidak terbatas pada pilihan kata saja (seperti pengertian register dalam teori
tradisional) tetapi juga termasuk pada pilihan penggunaan struktur teks, dan
teksturnya: kohesi dan teksikogramatika, serta pilihan fonologi atau
grafologinya. Karena register meliputi seluruh pilihan aspek kebahasaan atau
linguistik, maka banyak linguis menyebut register sebagai style atau gaya
bahasa. Variasi pilihan bahasa register tergantung pada konteks situasi, yang
meliputi 3 variabel: field (meda), tenor (pelibat) dan mode (sarana) yang
bekerja secara simultan untuk membentuk konfigurasi kontekstual atau
konfigurasu makna.
Dalam sumber yang kami dapat, penulis
tidak menyertakan dari gagasannya sendiri. Penulis mengambil sumber dari
"in the sense that each speaker has a range of varieties and choices
between them at different times" (Halliday et al., 1964).
Contoh: bahasa terbatas, dan bahasa
untuk tujuan khusus. Contoh lainnya, mislanya:
variasi profesi (ilmiah, tehnologis), kelembagaan (doktor-pasien; guru-murid) dan konteks-konteks lain yang mempunyai struktur dan strategi tertentu (seperti: dalam diskusi belanja, ngobrol, dll.
variasi profesi (ilmiah, tehnologis), kelembagaan (doktor-pasien; guru-murid) dan konteks-konteks lain yang mempunyai struktur dan strategi tertentu (seperti: dalam diskusi belanja, ngobrol, dll.
4 komentar:
boleh tau refrensinya gak?
saya ingin tahu mengenai apa itu code switch mix? saya mahasiswa b. inggris. mohon penjelasannya.
pengertian dari bleav sama register sama gak?
tidak ada referensi
Posting Komentar