RSS
coretan ini adalah hasil dari sorotan mata yang terimajinasi oleh pikiran, dan tertuang pada papan ketik yang menjadi saksi tentang kejadian itu.

Pages

terima kasih telah berkunjung ke Blog ini, semoga Coteran Beralas Papan Ketik bermanfaat. Saya tunggu kritik dan saran kalian. terima kasih. CP : facebook dan twitter

Style, Contex, dan Register (Sosiolinguistik)




A.      STYLE
Style dapat didefinisikan sebagai perbedaan varian atau bentuk – bentuk bahasa yang digunakan bagi maksud yang sama berdasarkan situasi tertentu. Variasi bahasa di sebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturannya yang tidak bersifat homogen. Namun Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register).
Contoh: Saat berbicara dengan teman sebaya dalam kehidupan sehari – hari, gaya bicara yang digunakan lebih santai dan cenderung tidak formal, misalnya: “Hey… soal ini gimana caranya?”
Tetapi jika berbicara kepada dosen, gaya bicara yang digunakan pasti lebih formal dan teratur, misalnya: “Maaf Pak, bagaimanakah cara menyelesaikan soal ini?”

1.      Listener menentukan style (Addressee as an influence on Style)
Siapa penerima pesan, listener atau orang yang kita ajak berbicara. Biasanya dilihat dari keakraban pada listener, latar belakang, intensitas bertemu speaker kepada listener yang menentukan gaya atau variasi bahasa yang kita gunakan. Jika sudah akrab atau mengenali lebih dekat, maka gaya bahasa yang digunakan cenderung lebih santai. Sebaliknya, saat kita berbicara kepada orang yang belum terlalu dikenal, maka gaya bahasa yang kita pakai akan lebih teratur.
Contoh: Bahasa yang dipakai saat berbicara dengan kakak dirumah,   misalnya: “Kak, handphone adik dimana?”
Bahasa yang dipakai saat berbicara dengan orang lain: “Maaf bu, syarat menjadi anggota perpustakaan apa saja kalau boleh saya tau?”
Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya, Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Umur dari penerima pesan / listener (Age of Addressee)
Gaya bahasa yang kita gunakan saat berbicara kepada anak kecil dan orang dewasa pastilah berbeda. Saat berbicara kepada anak kecil, gaya bahasa dan susunan gramatikal yang dipakai cenderung lebih mudah dipahami, susunan grammatikal yang dipakai pun lebih sederhana. Sebaliknya, saat berbicara kepada orang dewasa, maka kalimat dan susunan gramatikal yang dipakai akan lebih kompleks.
Contoh: Bahasa yang dipakai saat menghadapi anak berumur 5 tahun: “Adik maem dulu ya….”
Bahasa yang dipakai pada orang dewasa: “Ayah, setelah makan jangan lupa obatnya diminum…”
b)      Status Sosial dari listener (Social Background of Addressee)
Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya. Misalnya, gaya bahasa yang kita pakai kepada orang yang biasa berada di jalanan, berbeda dengan cara kita berbicara dengan orang yang memiliki pendidikan tinggi.

2.      Teori Akomodasi (Accommodation Theory)
Merupakan teori tentang cara-cara untuk menyesuaikan saat berkomunikasi antara speaker dan listener. Adapun efek, cara dan masalah dalam melakukan komunikasi, diantaranya.
a)      Speech Convergence
Contoh sebelumnya menunjukkan bahwa ketika orang berbicara satu sama lain pembicaraan mereka sering menjadi lebih serupa. Dalam kata lain, saat berkomunikasi, setiap orang menyatu dengan pembicaraan dari orang yang mereka ajak bicara. Proses ini disebut speech accommodation.
Yang dimaksud dengan speech convergence adalah efek yang ditimbulkan dimana saat melakukan pembicaraan, listener dapat menangkap pesan yang disampaikan oleh speaker. Dengan kata lain, speech convergence adalah kata lain dari komunikasi yang nyambung, tidak missed communication. Untuk mendapatkan speech convergence, antara speaker dan listener harus memiliki shared knowledge yang sama.
Contoh: Saat P1 (speaker) berbicara kepada P2 (listener) tentang “Megamind”. Jika P1 atau P2 saja yang memiliki konsep tentang Megamind, maka saat melakukan permbicaraan tentang Megamind, tidak akan bisa convergence.
b)      Speakers Accommodate
Cara speaker untuk menyesuaikan antara bahasanya dengan kemampuan dengan siapa listenernya. Sehingga pesan atau makna yang dimaksudkan dapat diterima oleh listenernya dan tidak terjadi missed communication dalam pembicaraan. Jadi speaker harus pandai menyesuaikan diri saat berkomunikasi dengan listenernya.
Misalnya saja di negara – negara yang multilingual, seperti Singapore, India atau Zaire, dengan variasi bahasa yang dimiliknya, orang disana memilih suatu bahasa yang nyaman untuk dipakai saat berkomunikasi dengan addressee nya.
c)      Speech Divergence
Merupakan efek yang ditimbulkan dimana saat melakukan percakapan, listener tidak bisa menangkap arti, makna atau pesan dari speaker. Sehingga tidak terjadi komunikasi yang convergence dalam percakapan tersebut dan menimbulkan missed communication.
Contoh: Ketika speaker membicarakan tentang “Joger”, listener sama sekali tidak mengetahui apa itu jogger, dengan keadaan demikian maka komunikasi mereka divergence.

d)      Accommodation Problems
Ada beberapa contoh masalah dalam berkomunikasi, diantaranya missed communication. Keadaan dimana pesan dari speaker tidak dapat ditangkap oleh listenernya karena tidak memiliki shared knowledge dan konsep yang sama.
Jika kasus komunikasi yang tidak nyambung terjadi dalam text atau percakapan lisan, maka listener dapat bertanya kepada speaker, bagaimana isi pesan yang di sampaikan tersebut. Tetapi jika kasus komunikasi yang tidak nyambung terjadi dalam text tertulis (contohnya saat kita membaca buku), maka untuk menemukan isi pesan yang dimaksud oleh writer adalah dengan cara mencari shared knowledge (dengan mencari di internet atau membaca buku).
B.       CONTEX
Context adalah konsep, struktur skematis yang ada di dalam benak masing-masing pikiran manusia. Context bisa juga bersumber dari kejadian sebelumnya dan dibentuk secara phsychological tiap individu. (H.G. Widdowson : 19)
Contoh: Saat speaker berbicara tentang “Touring”, dan listener-nya juga menanggapi pembicaraan tersebut dan proses komunikasi mereka berkelanjutan. Keadaan seperti itu berarti antara speaker dan listener sama-sama memiliki context tentang “Touring”, sehingga tidak terjadi missed communication.
1.      Context, Style and Class
a)      Formal Context and Social Roles
Bentuk ucapan atau panggilan seseorang dalam percakapan yang disesuaikan dengan social roles atau setting tempatnya
Contoh: Budi memiliki ibu yang berprofesi sebagai dosen di Universitasnya. Saat berada di rumah, Budi memanggilnya dengan sebutan “mama”, tetapi saat di kampus, Budi memanggilnya dengan sebutan “ibu dosen”. Dengan demikian, Budi menyesuaikan bahasa sesuai dengan tempat atau social roles nya.
b)      Colloquial Style or The Vernacular
Merupakan gaya bahasa yang dipakai sehari-hari atau bahasa daerah (logat). Ada strategi selain manipulasi topik yang telah digunakan untuk menangkap gaya pidato paling santai atau bahasa daerah rakyat. Perekaman kelompok orang bukan individu, misalnya, dan memilih pengaturan yang sangat nyaman atau informal merupakan strategi yang telah ditemukan untuk pergeseran pidato masyarakat terhadap bahasa daerah. Kedua meningkatkan jumlah peserta, dan memilih pengaturan yang sangat santai memberikan kontribusi untuk mendapatkan pidato lebih santai. Dengan demikian, peserta pidato akan lebih tertarik dan tersampaikannya pesan atau makna yang berguna bagi masyarakat (peserta pidato).
c)      The Interaction of Social Class and Style
Interaksi antara kelas sosial dengan gaya bahasa yang digunakan seseorang saat berkomunikasi ialah semakin tinggi kelas sosial seseorang, maka semakin tertata rapi struktur bahasa yang digunakan nya. Semakin rendah kelas sosial seseorang, maka semakin tidak tertata rapi struktur bahasa yang digunakan nya, mungkin cenderung lebih kasar.
Misalnya saja bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari oleh dosen, pasti berbeda dengan orang yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima di jalan. Dosen lebih menggunakan bahasa yang formal daripada pedagang kaki lima.
d)      Hypercorrection
Merupakan upaya untuk membenarkan suatu bahasa dalam kalimat atau frasa, tetapi justru mengarah ke hasil yang salah. Hypercorrection disebut juga sebagai penggunaan beberapa aturan pengucapan atau aturan grammar yang banyak pengguna bahasa menganggap tidak benar, tetapi bahwa menggunakan pembicara atau penulis melalui kesalahpahaman aturan ini, sering dikombinasikan dengan keinginan untuk tampak formal atau berpendidikan.
Hypercorrection Linguistik terjadi ketika aturan gramatikal atau phonetical nyata atau dibayangkan diterapkan dalam konteks keliru atau non-standar, sehingga upaya untuk menjadi "benar" mengarah ke hasil yang salah: Berhadapan dengan pengecualian cukup untuk aturan, pembicara mungkin kesalahan pengecualian untuk aturan umum, menerapkannya pada situasi di mana tidak pernah dimaksudkan untuk terjadi.
Contoh: Between you and I à seharusnya Between you and me.
2.      Style in Non – Western Societies
Gaya bahasa Non – Western societies, sebagai contoh misalnya bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa, dapat dilihat dari speakernya. Jika speaker nya memiliki status sosial yang tinggi, maka bahasa Jawa yang dipakai cenderung lebih halus, atau biasa disebut dengan “Krama Inggil”. Sebaliknya jika speaker nya memiliki kelas sosial yang rendah, maka bahasa Jawa yang digunakan nya pun cenderung lebih kasar atau biasa disebut bahasa “Ngoko”.
Contoh: Bahasa Jawa (Gaya kelas tinggi / Krama Inggil) àMenapa nandalem mundhut sekul semanten?
(Gaya kelas bawah / Ngoko) à Kenopo kowe njupuk sega semono?

C.      REGISTER
Merupakan variasi bahasa berdasarkan ‘use’-nya. Register adalah bahasa yang digunakan pada saat tertentu; dan dietntukan oleh: apa yang anda kerjakan, dengan siapa dan dengan menggunakan sarana apa. Register menunjukkan tipe proses sosial yang sedang terjadi.
Register secara sederhana dapat dikatakan sebagai variasi bahasa berdasarkan penggunaannya, sedangkan dialek sebagai variasi bahasa berdasarkan penggunanya Di dalam konsep ini register tidak terbatas pada pilihan kata saja (seperti pengertian register dalam teori tradisional) tetapi juga termasuk pada pilihan penggunaan struktur teks, dan teksturnya: kohesi dan teksikogramatika, serta pilihan fonologi atau grafologinya. Karena register meliputi seluruh pilihan aspek kebahasaan atau linguistik, maka banyak linguis menyebut register sebagai style atau gaya bahasa. Variasi pilihan bahasa register tergantung pada konteks situasi, yang meliputi 3 variabel: field (meda), tenor (pelibat) dan mode (sarana) yang bekerja secara simultan untuk membentuk konfigurasi kontekstual atau konfigurasu makna.
Dalam sumber yang kami dapat, penulis tidak menyertakan dari gagasannya sendiri. Penulis mengambil sumber dari "in the sense that each speaker has a range of varieties and choices between them at different times" (Halliday et al., 1964).
Contoh: bahasa terbatas, dan bahasa untuk tujuan khusus. Contoh lainnya, mislanya:
variasi profesi (ilmiah, tehnologis), kelembagaan (doktor-pasien; guru-murid) dan konteks-konteks lain yang mempunyai struktur dan strategi tertentu (seperti: dalam diskusi belanja, ngobrol, dll.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

5 komentar:

Unknown mengatakan...

boleh tau refrensinya gak?

Unknown mengatakan...

Kalau tidak salah konsep yang tertuang di sini sesuai dengan Janet Holmes, 1992, An Introduction to Sociolinguistics, London and New York, Longman.

RUANGBIRU mengatakan...

saya ingin tahu mengenai apa itu code switch mix? saya mahasiswa b. inggris. mohon penjelasannya.

heinioctamaisa97 mengatakan...

pengertian dari bleav sama register sama gak?

Intan mengatakan...

tidak ada referensi

Posting Komentar