Pengertian Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan
susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang banyak. Pidato juga berarti
kegiatan seseorang yang dilakukan di hadapan orang banyak dengan mengandalkan
kemampuan bahasa sebagai alatnya.
Berpidato pada dasarnya merupakan
kegiatan mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata (lisan) yang ditujukan
kepada orang banyak dalam sebuah forum. Seperti pidato kenegaraan, pidato
menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau
event, dan lain sebagainya.
Menurut Emha Abdurrahman dalam bukunya
tehnik dan pedoman berpidato, pidato adalah penyampaian uraian secara lisan
tentang sesuatu hal (masalah) dengan mengutarakan keterangan sejelas-jelasnya
di hadapan massa
atau orang yang banyak pada suatu waktu tertentu.
Namun, dalam abad modern ini
saluran-saluran berpidato tidak terbatas kepada pidato secara langsung di depan
massa melainkan bisa menggunakan saluran-saluran lain, misalnya pidato di
saluran radio, saluran televisi, atau rekaman pada kaset.
Fungsi
Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau
beberapa hal berikut ini :
1.
Mempengaruhi orang lain agar
mau mengikuti kemauan yang disarankan dengan suka rela,
2.
Menyampaikan informasi dan atau
suatu pemahaman kepada pendengarnya,
3.
Membuat orang lain senang
dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan
yang disampaikan,
4.
Mendidik,
5.
Propaganda,
6.
Penyambung lidah seseorang.
Dengan melihat
beberapa fungsi pidato diatas maka seseorang dapat dengan lebih jelas
menentukan sikap pada saat akan atau ketika sedang berpidato, bahkan dengan
mengetahui manfaat tersebut seseorang yang berpidato dapat mengukur sendiri,
apakah pidato yang dibawakannya itu berhasil ataukah gagal.
Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan
sifat dan Isi Pidato, jenis-jenis
Pidato dibedakan atas:
a.
Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat
yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc (master of ceremony).
b.
Pidato Pengarahan adalah pidato untuk
mengarahkan pada suatu pertemuan.
c.
Pidato Sambutan adalah pidato yang
disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat
dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
d.
Pidato Peresmian adalah pidato yang
dilakukan oleh seseorang yang berpengaruh ketika akan meresmikan sesuatu.
e.
Pidato Laporan adalah pidato yang isinya
adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
f.
Pidato Pertanggungjawaban adalah pidato
yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban terhadapa suat kegitan tertentu.
Berdasarkan
ada tidaknya persiapan yang dilakukan
sebelum melakukan pidato, jenis-jenis pidato dibedakan atas:
1.
Pidato Impromptu (serta merta) yaitu pidato yang dilakukan secara tiba-tiba, spontan,
tanpa persiapan sebelumnya. Misalkan apabila seseorang
menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato maka pidato
yang disampaikan itu adalah pidato jenis impromptu.
Keuntungan :
ü Lebih mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena
pembicara tidak sempat lebih dalam memikirkan apa yang akan ia sampaikan.
ü Gagasan datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup.
ü Memungkinkan Pembicara terus berpikir.
Kerugian :
ü Dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan
yang tidak memadai.
ü Mengakibatkan penyampaian yang tidak lancar dan tersendat-sendat.
ü Biasanya gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan dan ngawur.
ü Pembicara kemungkinan besar biasanya demam panggung.
2.
Pidato Manuskrip yaitu pidato dengan
naskah. Di sini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan pidato’ tapi ‘membacakan
pidato’. Karena pembicara akan membacakan pidato dari awal sampai akhir. Jenis
pidato ini sangat perlu dilakukan, jika isi pidato yang akan disampaikan tidak
boleh terdapat kesalahan. Misalnya, ketika seseorang diminta untuk melaporkan
keadaan keuangan, berapa pemasukan, dari mana saja sumbernya, dan berapa
pengeluaran serta untuk apa uang dikeluarkan, orang tersebut perlu
menuliskannya dalam bentuk naskah dan baru kemudian membacakannya. Manuskrip
juga sangat dibutuhkan oleh tokoh
nasional, sebab kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
Keuntungan :
ü Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan
arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang,
ü Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali,
ü Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan,
ü Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari,
ü Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Kerugian :
ü Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara
langsung kepada mereka,
ü Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia lebih
berkonsentrasi pada teks pidato, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat
kaku,
ü Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau
memperpanjang pesan,
ü Pembuatannya lebih lama.
3.
Pidato Memoriter yaitu pesan pidato yang
ditulis dalam bentuk naskah kemudian dihapalkan kata demi kata.
Keuntungan :
ü Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya karena memiliki persiapan
yang baik,
ü Jika mampu menghapalnya pidato akan lancar,
ü Gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.
Kerugian :
ü Pidato tampak datar dan monoton, sehingga pembicara tidak akan mampu
menarik perhatian hadirin,
ü Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih pada
usaha untuk mengingat kata-kata,
ü Memerlukan banyak waktu persiapan.
4.
Pidato Ekstemporan yaitu pidato yang
telah dipersiapkan sebelumnya berupa garis-garis besar (outline) dan pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya
kata demi kata. Pidato jenis ini adalah pidato yang paling baik dan paling sering
digunakan oleh pembicara yang telah mahir dan berpengalaman. Out-line hanya merupakan pedoman untuk
mengatur gagasan yang ada dalam pikiran pembicara.
Keuntungan :
ü Komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik karena pembicara
berbicara langsung kepada pendengar atau khalayaknya,
ü Pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan
penyajiannya lebih spontan.
Kerugian :
ü Memerlukan latihan yang intensif bagi pembicaranya
ü Kemungkinan menyimpang dari garis besar besar sangat besar,
ü Kefasihan bias terhambat karena kesukaran memilih kata-kata
Berdasarkan tujuan
pokok pidato yang disampaikan, jenis-jenis pidato dibedakan atas:
1.
Pidato Informatif
(memberitahu/mengabarkan)adalah pidato yang tujuan utamanya untuk menyampaikan
informasi agar orang menjadi tahu tentang sesuatu. Reaksi yang diinginkan
adalah adanya pengertian dan pemahaman pendengar atas informasi yang
disampaikan.
2.
Pidato Persuasif (mendorong/mengajak) adalah
pidato yang tujuan utamanya membujuk atau mempengaruhi orang lain agar mau menerima
ajakan yang disarankan secara sukarela bukan dengan sukar rela. Reaksi yang
diinginkan adalah membangkitkan emosi agar pendengar dapat menyutujui atau
meyakini dan mungkin membangkitkan timbulnya tindakan tertentu pada pendengar.
3.
Pidato Rekreatif (menghibur) adalah
pidato yang tujuan utamanya adalah menyenangkan atau menghibur orang lain.
Reaksi yang diinginkan adalah terhiburnya pendengar sehingga muncul suatu
kegembiraan.
Namun demikian,
perlu disadari bahwa dalam kenyataannya ketiga jenis pidato ini tidak dapat
berdiri sendiri, melainkan saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan di
antara ketiganya semata-mata hanya terletak pada titik berat (emphasis) tujuan
pokok pidato.
Kerangka Susunan
Pidato
Skema susunan suatu pidato yang baik :
a.
Pembukaan dengan salam pembuka,
b.
Pendahuluan yang sedikit
menggambarkan isi
c.
Isi atau materi pidato secara
sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
d.
Penutup (kesimpulan, harapan,
pesan, salam penutup, dll)
Langkah-Langkah
Penyusunan Pidato
Sebelum berpidato, berdakwah,
atau berceramah, seseorang harus mengetahui lebih dulu apa yang akan disampaikan
dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak; bagaimana akan
mengembangkan topik bahasan. Dengan demikian, dalam tahap persiapan pidato, ada
dua hal yang harus dilakukan, yaitu: (1) Memilih Topik dan Tujuan Pidato dan
(2) Mengembangkan Topik Bahasan.
A.
Memilih
Topik dan Tujuan Pidato
Seringkali seseorang
menjadi bingung ketika harus mencari topik yang baik, seakan-akan dunia ini
kekeringan bahan pembicaraan, seakan-akan dirinya tidak memiliki keahlian
apa-apa. Jangan bingung, karena sebenarnya setiap orang memiliki keahlian
masing-masing, hanya diri seringkali tidak menyadarinya. Mang Endang mungkin
tidak dapat berbicara tentang hukum waris dengan baik, tetapi Mang Endang dapat
dengan lancar berbicara tentang cara memperbaiki mobil yang rusak. Pak Haji
Holis mungkin akan sangat lancar berbicara tentang hukum waris, tetapi hampir
pasti beliau akan gagap jika diminta menjelaskan bagaimana caranya memperbaiki
mobil yang mogok. Inilah yang disebut keahlian spesifik. Setiap orang punya
potensi untuk ahli di bidangnya masing-masing. Hal yang akan menjadi masalah
bagi seseorang ketika harus berpidato adalah jika orang itu memaksakan diri
berbicara tentang persoalan yang tidak dikuasainya, hal yang tidak dipahaminya
(Numawi kitu, ulah maksakeun anjeun nyarios anu urang nyalira henteu
ngartos kana naon anu dicarioskeun!).
·
Kriteria
Topik yang Baik
Untuk menentukan topik yang baik, seseorang
dapat menggunakan ukuran-ukuran sebagai berikut:
Topik Harus Sesuai dengan Latar Belakang Pengetahuan Pembicara.
Topik yang paling
baik adalah topik yang memberikan kemungkinan Anda lebih tahu daripada
khalayak, Anda lebih ahli dibandingkan dengan kebanyakan pendengar. Jika Anda
merupakan orang yang paling tahu tentang tata cara sholat yang baik
dibandingkan dengan orang lain, maka berpidatolah dengan tema atau topik itu;
sebaliknya jika Anda tidak begitu paham tentang tata cara sholat yang baik,
jangan pernah Anda memaksakan diri untuk berbicara tentang masalah itu.
Topik Harus Menarik Minat Pembicara
Topik yang enak
dibicarakan tentu saja adalah topik yang paling Anda senangi atau topik yang
paling menyentuh emosi Anda. Anda akan dapat berbicara lancar tentang kaitan
berpuasa dengan ketentraman hati, sebab Anda pernah merasa tidak tenang ketika
pernah tidak berpuasa secara sengaja di bulan ramadhan.
Topik Harus Menarik Minat Pendengar
Dalam berdakwah
atau berpidato, seseorang berbicara untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri.
Jika tidak ingin ditinggalkan pendengar atau diacuhkan oleh hadirin, Anda harus
berbicara tentang sesuatu yang diminati mereka. Walaupun hal-hal yang menarik
perhatian itu sangat tergantung pada situasi dan latar belakang
khalayak/hadirin, namun hal-hal yang bersifat baru dan indah, hal-hal yang
menyentuh rasa kemanusiaan, petualangan, konflik, ketegangan, ketidakpastian,
hal yang berkaitan dengan keluarga, humor, rahasia, atau hal-hal yang memiliki
manfaat nyata bagi hadirin adalah topik-topik yang akan menarik perhatian.
Topik Harus Sesuai dengan Pengetahuan Pendengar
Betapapun baiknya
topik, jika tidak dapat dicerna oleh khalayak, topik itu bukan saja tidak
menarik tetapi bahkan akan membingungkan mereka. Oleh karena itu, sebelum Anda
menentukan topik dakwah, ketahuilah terlebih dahulu bagaimana rata-rata tingkat
pengetahuan pendengar yang menjadi khalayak sasaran pidato Anda. Gunakanlah
bahasa, gaya bahasa, dan istilah-istilah yang dimengerti oleh hadirin, bukan
istilah-istilah yang hanya dipahami oleh Anda (meskipun istilah itu keren
sekali).
Topik Harus Jelas Ruang Lingkup dan Pembatasannya
Topik yang baik
tidak boleh terlalu luas, sehingga setiap bagian hanya memperoleh ulasan
sekilas saja, atau “ngawur”. Misalnya, Anda memilih topik Agama, tetapi orang
tahu agama itu luas sekali. Agama bisa menyangkut moralitas, sistem
kepercayaan, cara beribadat, dan lain-lain. Agar topik yang diambil jelas, maka
ambilah misalnya tentang cara beribadat, lebih jelas lagi ambilah topik tentang
sholat yang khusu’, dan seterusnya.
Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi
Maksudnya, seseorang
harus memilih topik pidato atau topik dakwah yang sesuai dengan waktu yang
tersedia dan situasi yang terjadi. Jika Anda diberikan waktu untuk berbicara
selama 10 menit, janganlah Anda memilih topik yang terlalu luas yang tidak
mungkin dijelaskan dalam waktu 10 menit. Jika Anda harus berbicara di hadapan
para santri yang rata-rata usianya belum akil baligh, janganlah Anda
memilih topik dakwah tentang tata cara hubungan suami-istri, bicaralah tentang
kebersihan sekolah, misalnya.
Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain
Jika Anda memilih
topik tentang Hadits Shahih dan Dhoif, lengkapi bahan
pembicaraan Anda dengan sumber-sumber rujukan (bisa berupa: kitab, buku, atau perkataan
ulama) yang sesuai.
B.
Merumuskan Judul Pidato
Hal yang erat
kaitannya dengan topik adalah judul. Bila topik adalah pokok bahasan yang akan
diulas, maka judul adalah nama yang diberikan untuk pokok bahasan itu.
Seringkali judul telah dikemukakan lebih dahulu kepada khalayak, karena itu
judul perlu dirumuskan terlebih dahulu. Judul yang baik harus memenuhi tiga
syarat, yaitu: relevan, propokatif, dan singkat.
Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan; Propokatif
artinya dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar; Singkat
berarti mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya, dan mudah diingat.
C. Menentukan Tujuan Pidato
Ada dua macam
tujuan pidato, yakni: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pidato
biasanya dirumuskan dalam tiga hal: memberitahukan
(informatif), mempengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif).
Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan
khusus bersifat kongkret dan sebaiknya dapat diukur tingkat pencapaiannya atau
dapat dibuktikan segera.
Hubungan antara
topik judul, tujuan umum, dan tujuan khusus dapat dilihat pada contoh-contoh di
bawah ini:
Topik :
Faedah memiliki sifat pemaaf
Judul :
Pemaaf Sumber Kebahagiaan
Tujuan Umum : Informatif (memberi tahu)
Tujuan Khusus : Pendengar mengetahui bahwa:
Ø Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani dan
rohani
Ø Sifat pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa dan
kesehatan
D.
Teknik
Mengembangkan Pokok Bahasan
Bila topik yang
baik sudah ditemukan, maka yang diperlukan adalah keterangan untuk menunjang
topik tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) dipergunakan untuk
memperjelas uraian, memperkuat kesan, menambah daya tarik, dan mempermudah
pengertian. Ada enam macam teknik
pengembangan bahasan dalam berpidato antara lain:
Penjelasan. Penjelasan adalah memberikan keterangan terhadap
istilah atau kata-kata yang disampaikan. Memberikan penjelasan dapat dilakukan
dengan cara memberikan pengertian atau definisi. Misalnya, istilah Iman
kepada Allah Anda jelaskan dengan kalimat: “Iman adalah rasa
percaya dan yakin akan kebenaran adanya Allah di dalam hati dan dibuktikan
dengan perbuatan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.”
Contoh. Contoh adalah upaya untuk mengkongkretkan
gagasan, sehingga lebih mudah untuk dipahami. Contoh dalam pidato dapat berupa
cerita yang rinci yang disebut ilustrasi.
Untuk memberikan contoh tetantang kesabaran, misalnya Anda menggunakan cerita
tentang kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi cobaan Allah melalui penyakit kulit
yang dideritanya.
Analogi. Analogi adalah perbandingan antara dua hal atau
lebih untuk menunjukkan persamaan atau perbedaannya. Ada dua macam analogi: analogi
harfiyah dan analogi kiasan. Analogi harfiyah (literal analogy) adalah perbandingan di antara objek-objek
dari kelompok yang sama, karena adanya persamaan dalam beberapa aspek tertentu.
Misalnya, membandingkan manusia dengan monyet secara biologis. Analogi kiasan
adalah perbandingan di antara objek-objek di antara kelompok yang tidak sama.
Testimoni. Testimoni ialah pernyataan ahli yang dikutip
untuk menunjang pembicaraan pembicara. Pendapat ahli itu dapat diambil dari
pidato seorang ahli, tulisan di surat kabar, acara televisi, dan lain-lain,
termasuk kutipan dari kitab suci, hadits, dan sejenisnya.
Statistik. Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan
untuk menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu. Statistik diambil
untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelas, dan meyakinkan. Misalnya, untuk
melukiskan betapa bobroknya akhlak generasi muda di Indonesia, seseorang menggunakan
kalimat, “Wahai saudara-saudara, menurut hasil penelitian, saat ini lebih
dari 65 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks sebelum nikah…”
Perulangan. Perulangan adalah menyebutkan kembali gagasan
yang sama dengan kata-kata yang berbeda. Perulangan berfungsi untuk menegaskan
dan mengingatkan kembali.
E. Teknik Menyusun Pesan
Pidato
H.A. Overstreet,
seorang ahli ilmu jiwa untuk mempengaruhi manusia, berkata, “let your
speech march”. Suruh pidato Anda berbaris tertib seperti barisan tentara
dalam suatu pawai. Pidato yang tersusun tertib (well-organized) akan
menciptakan suasana yang favorable, membangkitkan minat,
memperlihatkan pembagian pesan yang jelas, sehingga memudahkan pengertian,
mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran
secara logis. Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut isi pesan itu
sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama disebut
organisasi pesan (messages organization) dan yang kedua disebut
pengaturan pesan (message arrangement).
·
Organisasi
Pesan
Organisasi pesan
dapat mengikuti enam macam urutan (sequence), yaitu: deduktif, induktif, kronologis,
logis, spasial, dan topikal.
Urutan deduktif dimulai
dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan
penunjang, penyimpulan, dan bukti. Urutan induktif dikemukakan
perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan. Jika seseorang menyatakan
dulu mengapa perlu menghentikan kebiasaan merokok, lalu menguraikan
alasan-alasannya, berati orang tersebut menggunakan urutan deduktif. Tetapi
bila seseorang menceritakan sekian
banyak contoh dan pernyataan dokter tentang akibat buruk merokok dan kemudian
menyimpulkan bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, maka orang tersebt menggunakan
urutan induktif.
Urutan kronologis, pesan
disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.
Urutan logis, pesan
disusun berdasarkan sebab ke akibat atau dari akibat ke sebab. Bila Anda
menjelaskan proses kekufuran dari sebab-sebabnya lalu ke gejala-gekalnya, maka
Anda mengikuti urutan logis dari sebab ke akibat..
Urutan spasial, pesan
disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan jika pesan berhubungan dengan
subjek geografis atau keadaan fisik lokasi..
Urutan topikal, pesan
disusun berdasarkan topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang penting ke
yang kurang penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang
asing.
·
Pengaturan
Pesan
Bila pesan sudah
terorganisasi dengan baik, kemudian perlu menyesuaikan organisasi pesan ini
dengan cara berpikir khalayak pendengar. Urutan pesan yang sejalan dengan
proses berpikir manusia disebut oleh Alan H. Monroe sebagai motivated
sequence (urutan bermotif). Menurut Monroe, ada lima tahap urutan
bermotif: perhatian (attention),
kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction),
visualisasi (visualization), dan tindakan (action).
Dengan demikian, pidato yang baik dan
efektif adalah pidato yang sejak awal mampu membangkitkan perhatian khalayak
pendengar, mampu membuat pendengar merasakan adanya kebutuhan tertentu,
memberikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan tersebut, dapat
menggambarkan dalam pikirannya penerapan usul yang dianjurkan kepadanya, dan
akhirnya mampu menggerakkan khalayak untuk bertindak sesuai anjuran yang
disarankan.
Misalnya, seseorang
akan mengajak yang lainnya untuk memotong rambutnya yang gondrong. Pembicara
memulai pembicaraan dengan melontarkan perkataan: “Lihat rambutmu!!!
Kutu-kutu bergelantungan dengan bebasnya…” Anda sedang memasuki tahap perhatian.
Lalu Anda berkata lagi, “Kutu-kutu itu tentu membuat kepalamu gatal dan
kamu pasti tidak bisa tidur nyenyak…” Anda tengah berada pada tahap
membangkitkan kebutuhan. “Memotong rambut itu mudah dan murah, cukup dengan
uang Rp 3.000 atau bahkan gratis…” Anda masuk pada tahap pemuasan. “Jika
kamu tetap membiarkan rambutmu jabrig begitu dan membebaskan kutu-kutu menyedot
darahmu, kamu tampak seperti orang kurang waras dan mustahil gadis-gadis di
desa ini akan tertarik kepadamu…, tapi jika kamu cepat memotong dan merapihkan
rambutmu, kutu-kutu itu akan segera mengucapkan selamat tinggal pada kepalamu
dan gadis-gadis cantik akan mengucapkan selamat datang arjunaku…” Anda
sudah masuk pada tahap visualisai. “Ayo, cukurlah rambutmu sekarang…!!!”
Anda melakukan tahap tindakan.
F. Membuat Garis-garis Besar
Pidato
Garis-garia besar
(out-line) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi pembicara yang
berpengalaman dan merupakan keharusan bagi pembicara yang belum berpengalaman.
Garis besar pidato ibarat peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah
kegiatan retorika. Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju.
Garis besar yang salah akan mengacaukan “perjalanan” pembicaraan, dan garis
besar yang teratur akan menertibkan “jalannya” pidato.
Garis-garis besar
pidato yang baik terdiri dari tiga bagian: pengantar, isi,
dan penutup. Dengan menggunakan urutan bermotif dari Alan H.
Monroe, dapat dibagi menjadi lima bagian: perhatian, kebutuhan, pemuasan,
visualisasi, dan tindakan. Perhatian ditempatkan pada pengantar; kebutuhan,
pemuasan, dan visualisasi ditempatkan pada isi; dan tindakan ditempatkan pada
penutup pidato.
Persiapan Pidato
Sebelum memberikan pidato di depan umum, ada baiknya
untuk melakukan persiapan berikut ini :
·
Mengetahui wawasan pendengar
pidato secara umum
·
Mengetahui lama waktu atau
durasi pidato yang akan dibawakan
·
Menyusun kata-kata yang mudah
dipahami dan dimengerti.
·
Mengetahui jenis pidato dan
tema acara.
·
Menyiapkan bahan-bahan dan
perlengkapan pidato, dsb.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam Berpidato
Berpidato yang baik harus memperhatikan beberapa syarat,
diantaranya :
·
Berbusana yang sopan dengan
melihat situasi, macam latar belakang pendengarnya, acara yang akan disuguhkan
panitia.
·
Pergunakan bahasa yang sopan
dan komunikatif sesuai dengan tingkat bahasa pendengarnya. Pergunakan bahasa
baku jika berpidato dalam forum resmi, misalnya : seminar, rapat, sidang dsb.
·
Materi pidato harus sesuai
dengan yang diinginkan pendengar. Jangan menggunakan materi yang justru
bertentangan dengan kemauan, adat, norma, agama atau tatanan yang dianut oleh
masyarakat pendengar.
·
Penampilan harus dengan rasa
percaya diri, tidak minder rendah diri, takut, bingung atau grogi. Jangan
memfonis pendengar dengan memaksakan pendapat atau kehendak.
CERAMAH
Pengertian Ceramah
Ceramah adalah sebuah metode belajar yang paling disukai, tetapi apakah ini
memiliki tempat pada lingkungan belajar yang aktif? Ceramah yang terlalu sering
tidak akan efektif. Karenanya bangunlah daya tarik terlebih dahulu,
memaksimalkan pengertian dan ingatan, libatkan siswa selama ceramah, dan beri
penguatan pada apa yang telah disajikan
Penggunaan Metode Ceramah
1.
Kalau
pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak, terdapat
bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.
2.
Kalau
pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau
karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak
mungkin dapat dipergunakan.
3.
Kalau pengajar adalah pembicara yang
bersemangat dan akan rnerangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu
pekerjaan.
Dengan ceramah, persiapan
satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia
berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana
dalam pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana
pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah
posisi kelas dan sebagainya.
Keuntungan Menggunakan Metode Ceramah :
1.
Bahan dapat disampaikan sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang singkat
2.
Guru dapat menguasai situasi kelas
3.
Organisasi kelas lebih sederhana dan mudah dilaksanakan
4.
Tidak terlalu banyak memakan biaya dan tenaga.
Kekurangan Menggunakan Metode
Ceramah
1.
Ceramah hanya cenderung mempertimbangkan segi banyaknya bahan pelajaran
yang akan dijadikan, dan kurang memperhatikan/mementingkan segi kualitas (mutu)
penguasaan bahan pelajaran
2.
Bila situasi kelas tidak dapat dikuasai oleh guru secara baik, maka proses
pengajaran akan dapat menjadi tidak efektif. Bahkan dapat berkaitan lebih jauh
(misalnya kacaunya situasi proses pengajaran)
3.
Pada metode ceramah proses komunikasi banyak terpusat kepada guru. Dan
siswa banyak berperan sebagai pendengar setia. Sehingga proses pengajaran
sering dikritik sebagai sekolah dengar, murid terlalu pasirf.
4.
Sulit mengukur sejauh mana penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan
itu oleh anak didik
5.
Apabila ceramah tidak mempertimbangkan segi psikologis dan diktatis, maka
ceramah dapat bersifat melantur tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Langkah-langkah
persiapan ceramah
Dibawah ini ada beberapa
langkah-langkah persiapan metode ceramah, yang dapat mempertinggi bobot dan
efektivitas ceramah yakni sebagai berikut :
1.
Merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai
2.
Materi ceramah hendaklah disusun secara sistematis
3.
Sikap/penampilan dan gaya bahasa ceramah umumnya dapat meningkatkan dan
mendorong serta merangsang perhatian anak didik
4.
Tujuan ceramah untuk memperjelas pengertian siswa mengenai materi pelajaran
yang telah disampaikan, maka alat bantu/alat peraga mesti ditetapkan sebelumnya
5.
Usahakan menanamkan pengertian yang jelas. Hal ini misalnya dapat dilakukan
dengan cara memberikan ikhtisar atau kesimpulan, dan mengenai catatan kecil mengenai
bahan yang telah diberikan tersebut
6.
Dalam perjalanan agama hendaklah pemakaian metode ceramah ini diselingi
dengan metode-metode lain misalnya metodologi audio visual, demonstrasi, tanya
jawab dan lain-lainnya
7.
Metode ceramah semestinya hanya sebagai pendukung atau pendamping metode-metode lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Emha. ______. Tehnik dan Pedoman Berpidato. Surabaya: CV. Amin
Al Ansori, Sofyan. 2010. Jenis-Jenis Pidato. http://copiyan.wordpress.com/2010/02/28/jenis-jenis-pidato/ (diakses tanggal 4 Mei 2010)
Anonim. 2008. Pengertian
Pidato, Tujuan, Sifat, Metode, Susunan dan Persiapan Pidato Sambutan. http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan
(diakses tanggal 4 Mei 2010)
Anonim. 2010. Jenis
Pidato. http://archevn.host22.com/page4.html
(Diakses tanggal 4 Mei 2010)
Anonim. 2010. Langkah-langkah
Menyusun Pidato. http://palakacomputer.blogspot.com/2010/01/langkah-menyusun-pidato.html
(Diakses tanggal 14 Mei 2010)
Hendrikus, Dori Wuwur. 1990. Retorika Terampil Berpidato. Ledalero :
Kanisius
Isani, Luluk. 2009.
Berbicara Teori dan
Penerapan. Surabaya: Abadi Jaya
Isdaryanto. 2010. Pengertian Pidato dan Kata Sambutan. http://www.isdaryanto.com/kumpulan-contoh-pidato-lengkap
(diakses tanggal 4 Mei 2010)
Muyati, Yeti. 2008. Keterampilan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Retorika Modern Pendekatan
Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
1 komentar:
sangat memabntu ^ ^ , thank you..
Posting Komentar