RSS
coretan ini adalah hasil dari sorotan mata yang terimajinasi oleh pikiran, dan tertuang pada papan ketik yang menjadi saksi tentang kejadian itu.

Pages

terima kasih telah berkunjung ke Blog ini, semoga Coteran Beralas Papan Ketik bermanfaat. Saya tunggu kritik dan saran kalian. terima kasih. CP : facebook dan twitter

Kritik Esai Cerpen Mandikan Mayatku dengan Tuak Karya M. Shoim Anwar


Indonesia memiliki berbagai macam budaya. Budaya-budaya tersebut merupakan warisan yang harus dilestarikan. Pelestariannya yakni memberi apresiasi terhadap budaya tersebut. Bentuk sederhanyanya dapat berupa menikmati budaya, atau mempelajari budaya yang ada di Indonesia. Seperti tertulis dalam cerpen sebagai berikut.
Anak-anak berlarian mendekat. Mereka mengelilingi para penabuh hingga membentuk lingkaran yang makin lama makin memadat. (Asap Rokok di Jilbab Santi, hal. 2)
Orang-orang akan berdiri di tiap pagar depan rumah mereka. Sedangkan anak-anak mengikuti para penabuh gamelang dari rumah hingga…… (Asap Rokok di Jilbab Santi, hal. 2)
Dari dua kutipan cerita tersebut menjelaskan bahwa perlakuan masyarakan yakni sekedar menikmati kesenian (budaya) saja. Padahal alangkah baiknya, masyarakat tidak hanya menikmatinya saja melainkan ikut serta dalam melestarikannya dengan cara mempelajari kesenian (budaya) tersebut. Dengan sikap tersebut, tidak hanya melestarikan kesenian (budaya) saja, tetapi iku serta merawat kesenian (budaya) agar tidak “diambil” oleh Negara lain. Seperti dalam kutipan cerpen berikut.
Kecintaan Sogol pada kuda lumping ternnyata tak hilang. Hari itu ada sekelompok kesenian yang diikutinya lewat di depan rumah. Sogol masih mengenal beberapa anggotanya. Dia meminta agar kelompok itu main di sini. Dan mereka setuju. (Asap Rokok di Jilbab Santi, hal. 5)
Karena sudah merasa sudah lama tak terlibat, tiba-tiba Sogol memutuskan untuk bermain. (Asap Rokok di Jilbab Santi, hal. 5)
            Budaya dapat dikatakan sebagai hasil pikiran masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Terkadang sebuah kebiasaan bertentangan dengan nilai keagamaan. Seperti dalam kutipan cerpen berikut.
“Kalau aku mati, madikan mayatku dengan tuak.”, kata Sogol sambil mengangkat gelasnya yang masih penuh saat masih hidup. (Asap Rokok di Jilbab Santi, hal. 3)
“Tidak usah air. Dia minta dimandikan dengan tuak. Bukan air”. (Asap Rokok di Jilbab Santi, hal. 11)
Kutiapan teks cerpen tersebut tersirat adanya suatu budaya yang menempel dalam kehidupan dalam cerpen. Budayanya yakni mengenai amanat orang meninggal harus dilaksanakan. Dalam teks pertama yakni harapan Sogol belum meninggal, dan yang kedua mengenai proses pelaksanaan amanat Sogol. Dari kedua teks tersebut terdapat adanya pertentangan mengenai suatu budaya dengan nilai agama. Budaya mengenai amanat orang sebelum meninggal harus dilaksanakan, dan proses memandikan mayat yang berbeda dengan hukum agama.
Pertentangan antara kebudayaan (amanat orang meninggal) dengan nilai agama (memandikan mayat) haruslah tidak terjadi. Karena nilai / hukum agama merupakan bagian dari pedoman hidup manusia yang harus dilaksanakan dan itu merupakan aturan dalam sebuah keyakinan. Dengan kata lain nilai agama merupakan dasar suatu budaya. Sehingga amanat seseorang yang meninggal tidak harus dilaksanakan jika hal tersebut bertentangan dengan nilai keagamaan. Hal tersebut seperti yang tertulis dalam cerpen sebagai berikut.
….. Perempuan itu, dengan tangan gemetar, menidurkan jerigen sehingga tuak mengalir ke tanah. Para pelayat terdiam. Sebagian besar bergeser kakinya karena ada tuak mengalir. Tanpa menunggu isinya habis, jerigen ketiga, keempat, kelima, dan seterusnya ditidurkan ke tanah. Tuak dalam jerigen itu mengalir bersama-sama ke tanah. (Asap Rokok di Jilbab Santi, hal. 15)
            Sikap perempuan tersebut sebagai tanda bahwa amanat Sogol tidak telaksana. Dia menerapkan tata cara memandikan mayat sesuat dengan hukum agama. Selain itu dia juga berharap agar Sogol menjalani proses sesuai agama. Hal tersebut terdapat dalam cerpen sebagai berikut.
“Saya ini istri almarhumah Kang Sogol. Sayalah yang berhak menentukan. Saya minta jenazah suami saya dilakukan sewajarnya. Maafkan suami saya. Saya minta Pak Modin… Pak Modi….”, suara perempuan itu makin gemetar. Dia tak sanggup meneruskan kata-latanya. Tangannya ditutupkan ke wajah. Tubuhnya agak oleng.
Dalam teks tersebut juga menjelaskan bahwa istri Sogol terpukul tentang perlakuan pelayat terhadap suaminya. Terlihat dia tidak dapat menahan betapa tersiksanya mengenai musibah yang menimpa suaminya, dan ditambah dengan perlakuan warga terhadap suaminya. Maka dari itu dia meminta pak Modin untuk menngurusi jenazah. (Asap Rokok di Jilbab Santi, hal. 16)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Unknown mengatakan...

thanks ..sangat membantu

Posting Komentar